Oktober 24, 2008

Kebangkitan OPEC

NEW YORK,RABU - Pasar saham AS mencatat kenaikan tipis, Rabu (26/12) waktu setempat, karena sebuah survei mingguan penjualan ritel melempem jelang libur hari Natal, ketika para peritel besar berharap dapat membukukan laba tergemuk mereka dari tahun ini. Pasar saham AS tutup pada Selasa untuk perayaan hari Natal. Pasar telah meningkat kuat pada Senin jelang libur musiman. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 2,36 poin, atau 0,02 persen menjadi 13.551,69. Indeks komposit Nasdaq bertambah 10,91 poin, atau 0,40 persen menjadi 2.724,41 dan indek Standard & Poor’s 500 naik 1,21 poin atau 0,08 persen menjadi ditutup pada 1.497,66. Perdagangan saham di Wall Street berlangsung hati-hati karena International Council of Shopping Centers (ICSC) dan UBS Securities melaporkan bahwa penjualan mingguan jaringan toko naik 2,8 persen pada pekan yang berakhir 22 Desember. "Memberikan kinerja yang lambat pada awal bulan menunjukkan industri pada jalurnya untuk sebuah kenaikan penjualan meski sedikit di bawah ekspektasi kami," kata Michael Niemira, wakil presiden ICSC. Para analis mengkhawatirkan melambatnya belanja konsumen dapat menambah ekonomi kian memburuk di tengah merosotnya perumahan yang sudah hampir dua tahun dan credit crunch baru-baru ini melanda sektor perbankan. Sebagian besar ekonom dan Federal Reserve AS memperkirakan pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia tersebut akan melambat pada bulan-bulan mendatang, namun para pengamat ekonomi terpecah apakah Amerika Serikat akan tergelincir ke dalam resesi atau tidak. Beberapa peritel besar membuka pintu mereka Rabu dengan diskon penjualan besar-besaran dan membujuk pasca Natal yang bertujuan untuk manarik kembali orang-orang Amerika ke toko Mereka jelang tahun baru. Para pedagang mengatakan tingginya harga minyak juga menekan sentimen pasar. Harga minyak di New York melonjak tinggi ditutup mendekati 96 dolar AS per barel di tengah kecemasan terhadap kondisi geopolitik menyusul pernyataan Turki yang telah melakukan serangan udara terhadap gerilyawan Kurdi di Irak Utara. http://www.kompas.com/ver1/Ekonomi/0712/27/083237.htm

Artikel yang Berhubungan:



Artikel yang Berhubungan:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar