September 19, 2008

RAIH KEUNTUNGAN?!

Selamat datang mahasiswa baru Fakultas Teknologi Pertanian UGM dan selamat menunaikan bulan suci Ramadhan 1429 H bagi yang menjalankannya. Ya, Tim Redaksi TP News kali ini mengajak pembaca untuk menjelajahi deretan pedagang kaki lima yang menjajakan makanan dan minuman untuk menambah istimewa buka puasa konsumen di sekitar lembah UGM. Mulai dari perempatan Kelurahan Sagan di sebelah selatan hingga ujung utara pertigaan Jalan Agro baik mahasiswa hingga khalayak ramai ikut mengantri untuk sekedar membeli bungkusan takjil atau makan di tempat dengan memenuhi lapak yang disediakan pedagang. Kejelian konsumen dalam memilih menu berbuka diimbangi dengan kreatifitas pedagang pada bahan makanan yang ditawarkan, simaklah pengalaman Tim Redaksi kami berikut. Panasnya bagian utara kota Jogja menunggu datangnya jam pulang kantor dan kuliah bukan halangan bagi sekelompok pemuda-pemudi dari Ilmu Komputer UGM untuk mendirikan warung lesehan sederhana di lembah dekat Faperta UGM. Berbekal semangat persahabatan, mereka rela mengacuhkan rasa capek hasil kuliah pagi dan cobaan bulan puasa. Persahabatan yang tercipta sesama angkatan 2006 membuat enjoy untuk melakukan kegiatan positif yang non-profit oriented dan fun, berupa distribusi roti maryam yang konon asli resep jazirah Arab. Ditanya lebih jauh tentang usaha tersebut mereka mengaku mendapat modal hasil patungan teman-teman satu angkatan, baik materi maupun bukan. “Ada yang menyumbang uang dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk berjualan”, ungkap Ilham, salah satu pentolan tim. Keberadaan konektivitas dengan penyalur roti maryam yang diimpor langsung dari Solo menjadi alasan memilihnya sebagai objek dagangan. Keunggulan produk mereka terletak pada ragam rasa roti maryam yang dihargai Rp 4000 hingga Rp 6000. Dalam rentang waktu 3 hari, per tanggal 1 Ramadhan 1429 H, saja mereka sudah mampu mengganti uang modal awal. Hingga hari ke tujuh bulan puasa ini mereka telah berhasil meraup cukup banyak pembeli tetap, begitu pula dengan omzet yang terus merangkak naik. Rerata dua puluh roti maryam tiap harinya mampu dipasarkan ke konsumen. Satu tim calon ‘mahasiswa entrepreneur’ lagi kami temukan di sekitar lembah sebelah timur Fakultas Filsafat UGM. Tim Redaksi memperoleh kesempatan menggali informasi soal usaha teman-teman dari Fakultas Psikologi UGM. Cocktail dan jelly punch merupakan produk andalan yang ditawarkan. Dengan kisaran harga barang Rp2500-Rp 3000, mereka mampu menjual lebih dari enam puluh cups tiap harinya. Patut ditiru Langkah yang mereka yang ambil tergolong jitu, mengingat tidak banyak generasi penerus bangsa seperti mereka. Meskipun banyak mahasiswa yang tidak hanya melulu belajar, berorganisasi misalnya, namun entrepreneurship nampaknya masih jauh di batas awang-awang bagi sebagian besar dari mereka. Tanggung jawab terhadap keputusan dan keberanian dalam menghadapi resiko yang telah dipraktekkan perlu diacungi jempol. Apalagi dalam masa sulit baru-baru ini dengan naiknya harga bahan makanan, salah satu akibat menjelang Idul Fitri. Menurut Dini, penanggung jawab tim dagang psikologi angkatan 2007, buah-buahan sebagai bahan utama pembuatan cocktail, salah satu merk dagang mereka, memang naik harga akhir-akhir ini, namun itu tidak lantas menyurutkan itikad bersama untuk mendukung kegiatan Palapsi (Pencinta Alam Psikologi). Ya, usaha takjil yang mereka bangun turun-temurun tiap tahun merupakan tindak lanjut dari bagian dana untuk menghadapi paceklik finansial dalam program mendatang. Dengan berbekal modal Rp 100.000 dari kas lembaga, mereka telah mampu mendapat keuntungan penjualan dan bahkan menambah pengalaman. Hal sebaliknya terjadi pada penjual roti maryam. Bahan dasar yang mereka pakai tidak terkena imbas kenaikan harga bahan makanan pokok. Oleh karena itu, kesempatan ini dimanfaatkan untuk sepenuh-penuhnya belajar dagang dan mengisi waktu luang. Kendala utama, apalagi pengalaman pertama berdagang, terletak pada menghadapi rasa malas karena mereka harus berjuang menahan lapar dan panas. Satu hal lagi, mereka mempunyai niat hebat untuk melanjutkan stand roti ini ke Sunday Morning, artinya ada maksud merutinkan kegiatan. Ada yang ingin mengikuti jejak mereka?

Artikel yang Berhubungan:



Artikel yang Berhubungan:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar