Januari 08, 2009

MENJELANG FAJAR BARU BEM FTP UGM

Tidak ada seminggu ke depan eFTePe UGM akan menggelar Pemira 2008. Gelaran ini dilaksanakan saat eFTePe sedang punya banyak gawe. Mulai dari serangkaian acara Lustrum oleh Dekanat satu bulan silam maupun Festival Band karya panitia Youth Action Week. Belum lagi jika digabungkan dengan kegiatan akademis, mengingat sebentar lagi sudah ujian akhir semester ganjil. Namun, ulang tahun pesta demokratis tetap wajib dirayakan demi pergantian kepengurusan BEM dan tentunya perbaikan kualitas pelayanan kepada mahasiswa TePe lewat Badan Eksekutif Mahasiswa.

Tiap tahun pasti ada yang masih buta soal peta kegiatan Pemira. Maklum, dunia mahasiswa tidak dituntut untuk rajin masuk pagi atau dapat hukuman fisik dari dewan ketertiban jika melanggar jam berangkat sekolah. Bagi yang pernah mencoblos Pilkada atau bahkan Pemilu 2004 lalu mungkin tidak akan merasa aneh dengan sistem Pemira. ‘Pemerintahan’ BEM memang dibuat semirip mungkin dengan demokrasi yang sesungguhnya sedang mengatur hidup masyarakat di Indonesia. Tanggal 15-16 Desember besok, TPers harus melubangi dua lembar kertas. Pertama, lembar calon eksekutif yang diwujudkan gambar pasangan gress gubernur dan wakilnya (sekarang tidak lagi memakai istilah Presiden BEM, Red.). Berikutnya, TPers punya hak untuk memilih wakil partai peserta Pemira 2008 agar dapat ikut menelurkan aspirasi melalui calon legislatif partai bersangkutan di senat mahasiswa. Pemira merupakan tunggangan tepat sasaran buat yang ingin mengambil ‘mata kuliah’ politik.

Persaingan politik cukup menyengat tiap tahunnya hingga dapat dirasakan masyarakat TPers. “Yang namanya Pemira, walau tingkat universitas, hampir serupa dengan pemilihan umum negara Indonesia. Panasnya persaingan, politik, dinamika partai, penuhnya media publikasi, gambar calon, dll akan menghiasi kampus eFTePe”, jelas Vita (TeP 2007). Sisi lain dari persaingan bisa ditemui di susunan pengurus KPM yang konon mengandung unsur nepotisme. KPM yang merupakan singkatan dari Komisi Pemilihan Mahasiswa tahun ini nampak janggal karena hanya diduduki lima (5) orang saja. “Pemira tahun ini lain dari tahun-tahun belakangan akibat kepanitiaan terbatas dan mepetnya periode pengabdian kami”, aku Wahyu (TeP 2007) yang notabene penanggung jawab seluruh aksi KPM 2008. Jika diamati lebih dalam maka dapat diketahui bahwa kelompok ini hanya dihuni teman-teman dari satu golongan saja. Affan (TPHP 2005) sebagai Ketua Senat yang berlaku mengungkapkan,”Sangat sulit mengumpulkan anggota senat lainnya jika harus menunggu wakil dari partai lain. Jika terjadi demikian, KPM tidak akan terbentuk juga.”

Bagaimana dengan intern KPM sendiri? Menjelang hari H, Ketua KPM menyebutkan bahwa mereka mempunyai banyak hambatan dalam menyelenggarakan Pemira tahun ini. “Selain waktu mepet, Undang-undang Pemira pusat jadi tidak disinkronkan pada kondisi lembaga di eFTePe oleh senat mahasiswa”, ujar Wahyu. Kalimat Wahyu mungkin bisa diwakili dengan hanya menyebut bahwa kerja KPM semakin berat. Selain mereka harus memikirkan pra-Pemira seperti UU, verifikasi partai, serta debat calon, kumpulan mahasiswa berbagai angkatan dan jurusan ini juga harus memutar otak agar Pemira laris dikunjungi dengan publikasi.

Untuk level partai, hasil verifikasi terkini menunjukkan bahwa KPM telah mengesahkan empat partai yang lolos, sebagai berikut: Partai Bumi, Nurani, Pelangi dan Genjora. Partai Padi Mas sebenarnya hampir ikut meramaikan Pemira 2008, namun sayang mengundurkan diri. Semua partai di atas sudah memenuhi persyaratan KPM dan layak untuk melakukan kampanye per Selasa, 9 Desember lusa.

Lalu, siapa calon pemimpin eFTePe setahun ke depan? Angkatan 2007 patut berbangga karena dari empat calon eksekutif, tiga di antaranya membawa nama baik angkatan, walaupun baru hampir tiga semester mengetahui seluk beluk fakultas tercinta. Mereka adalah pasangan Widodo – Ayu (keduanya dari jurusan TIP 2007) dan Dida (TIP 2007) – Pranti (TPHP 2006). Pasangan pertama diusung Partai Pelangi, sedangkan Partai Bumi mendukung sepenuhnya pasangan kedua. Kedua pasangan muda ini menunjukkan bahwa kaderisasi partai bersangkutan sedang bagus-bagusnya dan tentunya memperindah catatan sejarah BEM fakultas, apalagi dengan diangkatnya Mas Qodar sebagai calon Presiden BEM Keluarga Mahasiswa UGM 2009.

Dipandang skeptis

Beberapa dedengkot jurusan yang ditemui Tim Redaksi TP News menyebutkan bahwa calon gubernur tahun ini kurang seimbang. Dari jurusan, TeP tidak menghasilkan satu pun. Jika acuannya tahun angkatan, suksesor pasangan Qodar – Boni belum matang sebagai seorang pemimpin. Tingkat kepopuleran kedua pasang ini pun juga diragukan, padahal keakraban dengan segenap elemen dari berbagai jurusan, angkatan, hingga personality masyarakat eFTePe mutlak dibutuhkan.

Kondisi ini diperparah dengan tanggapan masyarakat eFTePe yang minim. Kerja keras KPM mungkin tidak terbayar lunas dengan curahan perhatian masyarakat eFTePe yang meremehkan calon gubernur terpilih. Tim Redaksi berhasil menggali keterangan dari beberapa mahasiswa, sesungguhnya kekecewaan terhadap janji-janji yang tidak ditepati pemimpin terdahulu meninggalkan sedikit trauma. Terpilihnya dua pasangan muda tersebut juga bisa menyiratkan kegagalan partai karena tidak memiliki calon lain. Belajar dan terus belajar untuk mengikis kekurangan yang telah terjadi serta kesadaran bahwa manusia merupakan tempat salah dan lupa adalah langkah jitu dalam menurunkan pandangan negatif terhadap calon gubernur BEM baru.

Di akhir sesi tanya jawab kami, berbagai pihak menyatakan bentuk dukungan terhadap Pemira 2008. Tahun ini seharusnya lebih bisa mewujudkan aspirasi teman-teman mahasiswa fakultas melalui potensi pemimpin yang masih sangat fresh ini. Walaupun jumlah calon gubernur seret, tetapi animo untuk meningkatkan pelayanan dan mewujudkan aspirasi mahasiswa eFTePe terus membahana. Calon pemimpin berikutnya harus bisa bersosialisasi dengan teman-teman eFTePe dan mampu menciptakan suasana kepengurusan BEM yang nyaman untuk segala golongan, menerima setiap masukan tanpa perlu mendeskreditkan komunitas berbeda. Adanya estafet kepengurusan dari periode sebelumnya perlu diwujudkan. KPM dengan usaha tak kenal lelah perlu memperbaiki sisi ketegasan, koordinasi, dan komunikasi. Empat partai yang bersaing panas, namun jujur, menambah semangat untuk mencapai kinerja BEM yang sinergis, kuat, sehat, serta bersama memajukan fakultas di dalam lingkup internal kampus, UGM, atau bahkan dunia luar.

Berikut beberapa hasil wawancara Tim Redaksi TP News dengan berbagai sumber:

Fahmi (TeP 2006)

“Demokrasi berjalan sehat, oleh karena itu mahasiswa harus lebih kritis dan dinamis. Dalam menilai kinerja KPM juga harus objektif. Anggota KPM sudah membuktikan bahwa mereka netral, walaupun terkesan terburu-buru. Harapan saya, adanya estafet kepengurusan yang baik, terjadinya pendidikan demokrasi dalam BEM, dan menjadikan BEM sebagai wadah aspirasi sebenar-benarnya.”

Dida (TIP 2007)

“Beban (sebagai calon gubernur BEM FTP 2008) pasti ada, tetapi ini merupakan tanggung jawab dan tantangan. Dorongan dari teman-teman 2006 menjadikan saya untuk berani maju.”

Vita (TeP 2007)

“Brosur dan pamflet merupakan media publikasi tepat. Pemira juga merupakan sarana bagus sebagai tempat belajar politik, bersosialisasi, mengelola aspirasi, dan melatih jiwa kepemimpinan. Harapannya, bisa lebih baik dari tahun lalu.”

(Aloel, Nabilah, Zilma)

Artikel yang Berhubungan:



Artikel yang Berhubungan:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar