September 19, 2008
MENYOAL EKSISTENSI JIWA KEPEMIMPINAN DALAM UPAYA KONTROL SOSIAL
Layaknya manusia yang tidak bisa hidup tanpa kepalanya, suatu masyarakat akan tampak kacau bila tidak ada pemimpin yang mengontrolnya.
Begitu pentingnya peran seorang pemimpin dalam ranah masyarakat sosial. Karena hampir seluruh permasalahan yang timbul dalam kehidupan sosial berhubungan, secara langsung maupun tidak langsung, dengan pemimpin. Dengan menghadirkan sosok pemimpin di tengah masyarakat, berarti ada upaya untuk mengontrol dinamisasi perubahan sosial. Sehingga terkadang pemimpin menjadi sosok utama dalam menciptakan struktur sosial baru.
Dalam pengertiannya, kepemimpinan merupakan sifat serta sikap yang dapat mempengaruhi bahkan menentukan suatu tujuan dari kelompok. Memotivasi perilaku pengikut untuk dapat mencapai tujuan tersebut serta mempengaruhi dalam memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan berkaitan erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat tercermin dari sejauh mana seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain untuk suatu tujuan bersama, serta dalam menciptakan motivasi dalam setiap diri pribadi pengikutnya.
Jiwa kepemimpinan bukan sesuatu yang mudah didapatkan oleh seseorang. Banyak pengalaman dan tempaan dari kerasnya hidup dapat menumbuhkan jiwa kepemimpinan. Sehingga pada dasarnya, setiap individu memiliki jiwa kepemimpinannya masing-masing, tinggal bagaimana dia bisa mengolah dalam rangka menjaga keeksistensiannya. Hal itulah yang nanti akan menentukan kontrol perubahan sosial masyarakat yang terjadi. Gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya masyarakat tidak akan bisa dihindari, mengingat manusia merupakan makhluk dinamis, yang selalu akan butuh perubahan serta pergerakan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Sebagai upaya kontrol social dan “jalan baru” kebangkitan bangsa, wacana kepemimpinan kaum muda perlu dimunculkan. Generasi muda merupakan generasi yang akan meneruskan perjuangan bangsa. Sehingga bangsa ini perlu penerus dengan jiwa-jiwa kepemimpinan di dalamnya. Idealisme pemuda terkadang menjadi tonggak ukur sejarah suatu bangsa. Maka jika generasi penerus ini melempem, maka jangan harap bangsa tersebut akan bertahan lama.
Namun realita yang terjadi bahwa eksistensi dari jiwa tersebut terancam punah. Hal demikian tampak dari generasi bangsa yang mulai apatis. Tidaklah jarang bahwa proses modernisasi dapat mengubah karakteristik penerus bangsa serta mempengaruhi perubahan sosial masyarakat. Seperti halnya dengan kebebasan yang tidak lagi dilandaskan dengan tanggung jawab, tentunya akan terjadi penyimpangan dari nilai-nilai pancasila. Banyak kasus yang dapat kita temukan dalam berbagai media komunikasi bahwa kini perlu perhatian lebih dari kita dalam menyikapi masalah tersebut. Kehilangan jiwa kepemimpinan bukanlah hal sepele yang dapat ditinggalkan begitu saja, sehingga untuk menumbuhkan kembali jiwa-jiwa yang hilang dengan cara lebih bersikap kritis dengan apa yang terjadi.
Oleh:
Mohammad Septa Ayatullah
Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian UGM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar