September 19, 2008

ANTARA PEKERJAAN DAN PERJUANGAN

Inilah kerasnya hidup, terkadang harus memilih diantara sibuknya pekerjaan dan nikmatnya perjuangan. Mereka adalah penjaga SPBU yang bertugas melayani jual beli BBM. Salah satu dari mereka bernama Sukendar. Pria kelahiran Jogjakarta, 51 tahun silam ini sehari-harinya menjaga kedai pengisian bahan bakar di SPBU Gejayan. Setiap harinya beliau bersama teman-teman bekerja keras secara shift setiap enam jam pada pagi (7.00 – 13.00 WIB) dan siang (13.00 – 19.00 WIB), atau jaga malam selama dua belas jam hingga kesibukan pagi kota Jogjakarta bagian utara mulai merangkak naik. Ditemui TP News pada hari Rabu tanggal 28 Mei 2008 lalu, pria yang berdomisili di kawasan Minomartani ini mengaku tidak capek menjadi sekadar penjaga SPBU. Tekad beliau untuk meneruskan mungkin tumbuh sejak beliau menekuni pekerjaan ini tahun 1982, jam terbang tinggi yang menjadikannya karyawan senior di SPBU yang berdiri tahun 1987 tersebut. Selain itu, pemimpin UD. Putra Sari Manunggal selaku pemilik stasiun memang sangat ramah dan sering berkunjung, membuatnya betah untuk tetap di sini. Saat penentuan kepastian kenaikan harga BBM pada Jumat, 23 Mei 2008 kemarin, beliau wajib menahan letih dan melayani konsumen yang membludak sejak siang. Sebenarnya bukan hari itu saja jumlah pembeli melonjak, menurut beliau sudah dua pekan terjadi. Pertamina selaku produsen utama terlambat mengirim dan pasokan dikurangi, terutama premium. Di stasiun ini saja misalnya, jatah premium yang normalnya 24 ribu liter per hari dikurangi hingga 33% lebih. Sedikit demi sedikit, pria yang hobi membaca buku biografi, filosofi, dan psikologi menjelaskan kehidupannya luar dan dalam. Sebagai tumpuan keluarga di tengah masa-masa sulit seperti ini, peran dan dukungan istri – anak besar sekali. Istri beliau menyadari bahwa sulit jika hanya mengandalkan pendapatan suami, apalagi untuk membiayai pendidikan dua putri dan satu putra mereka. Wujud dari dukungan istri berupa usaha jual pakaian dan membuka salon baru-baru ini di kontrakan mereka. Hasilnya lumayan mampu menyekolahkan semua putra-putrinya, yang pertama bahkan telah lulus Sastra Inggris UGM dan telah bekerja selama empat tahun di Elti sekarang, anak kedua masih kuliah di akuntansi AA YKPN semester delapan, dan terakhir kelas satu di SD Kanisius. Raut wajah menua dan rambut yang makin memutih sama sekali bukan pertanda bahwa semangat beliau untuk memenuhi kebutuhan keluarganya semakin menyurut. Pria yang gemar merokok sejak usia sepuluh tahun ini mengaku menanamkan kepada keluarga untuk terus tersenyum dalam menghadapi segala cobaan hidup dan berpikir realistis dalam menjalaninya. “Hidup itu perjuangan. Jangan seperti para pendemo yang hanya bisa nuntut saja, berikan solusi dan buktikan dengan perbuatan”, ungkap beliau. Terakhir, beliau memberikan pesan dan harapan kepada pengurus dan calon penerus bangsa Indonesia. Pemerintah seharusnya bisa mengangkat semangat nasionalisme bangsa supaya perjuangan untuk memperbaiki negeri menjadi maksimal. Lagi, siapa pun yang menjadi Presiden Indonesia tidaklah mudah, dia harus mampu memberantas penyakit KKN Indonesia yang sudah level kronis. Satu pesan buat mahasiswa, sebagai lulusan berkompeten, terdidik, dan terlatih mereka mempunyai kemampuan untuk menciptakan teknologi yang lebih menghemat energi dan tentu saja penerapannya. Beliau menyudahi pembicaraan sambil mendoakan agar keberhasilan dan kebahagiaan dapat diperoleh oleh pemuda Indonesia, kemudian melangkah pamit kepada teman-teman sembari mengakhiri giliran jaga malam pagi itu. (zilma)

Artikel yang Berhubungan:



Artikel yang Berhubungan:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar